Cerita pengalaman dan foto-foto berkemah di air terjun Batu Dinding Desa
Tanjung Belit, Kecamatan Kampar Kiri Hulu, Kabupaten Kampar, Propinsi Riau membuat
para ponakanku penasaran. Mereka meminta kami menjadwalkan perjalanan bersama
mereka ke air terjun Batu Dinding saat mereka liburan. Pada liburan kali ini kami merencanakan perjalanan wisata alam bersama dua orang
keponakanku, Lala dan Pipit serta teman mereka. Sementara keponakan dan saudara yang lain
merencanakan akan berkunjung di waktu yang akan kami tentukan kemudian.
Perjalanan menuju air terjun di Desa Tanjung
Belit kali ini bersama tim yang lebih bervariasi, berjumlah
enam orang.
Aku menjadi anggota tertua dan bocah usia lima tahun menjadi
anggota termuda. Semula aku
meragukan kemampuan bocah itu berjalan kaki mencapai air terjun Batu Dinding.
Aku mengingatkan Rafa, nama bocah tersebut, bahwa bila dia gak mampu berjalan
maka gak ada yang akan menggendongnya untuk mencapai air terjun. Rafa
mengatakan dia mampu. Rani, adikku, juga yakin Rafa mampu. Namun kami tetap memikirkan
rencana alternatif bila akhirnya dia gak mampu berjalan kaki mencapai air
terjun Batu Dinding.
Kami
memulai perjalanan dari Pekanbaru pada jam delapan
pagi dengan persiapan bekal
hanya untuk sampai sore, karena kami memang tidak
merencanakan menginap di air terjun. Hanya beberapa kilometer berjalan dari
rumah kakakku, tiba-tiba mobilku mogok. Kami serentak kaget. Syukurnya karena
belum jauh dan masih berada di daerah dengan sinyal telfon, maka aku menenfon
Kakakku minta tukar mobil. Aku memanggilnya dengan sebutan Udo, anak
ketiga di Kampar dipanggil dengan panggilan Udo untuk anak laki-laki ataupun
perempuan. Aku gak tau apa jadinya bila mobilku mogok di daerah tanpa sinyal
telfon…. Hehehe… Gak berapa lama Udo muncul di hadapan kami, semuanya lega
karena dapat melanjutkan perjalanan kembali. Kami meninggalkan
Udo dengan menambah pekerjaannya untuk
mengurus
mobilku. Udo sudah pernah ikut ke Batu
Dinding saat perjalanan kami yang pertama dan menginap di air terjun Batu
Dinding.
Perjalanan setelah itu dari Pekanbaru ke
desa Tanjung Belit tanpa mengalami kendala. Di rumah Kepala Desa Tanjung Belit, kami menitipkan kendaraan. Karena tidak merencanakan menginap maka hanya sedikit
beban yang kami bawa, yaitu makanan dan minuman. Aku kembali bertanya pada
Rafa, apakah dia yakin akan berjalan ke air terjun? Dengan bersemangat Rafa
mengatakan dia mampu. Anggota tim saat ini hanya aku dan Rani yang telah
mengunjungi air terjun Batu Dinding. Kami memulai
pendakian dengan berdoa, mudah-mudahan
tidak ada kendala yang menggagalkan harapan mereka untuk mencapai air terjun.
Kami
mencapai air terjun setelah 1 jam berjalan kaki.
Mendaki dan menuruni bukit, meniti jembatan kayu, serta melewati sungai berbatu
hingga akhirnya sampai di air terjun. Anggota
tim dengan bersemangat langsung masuk dalam lubuk air terjun. Begitu juga Rafa,
dia kegirangan karena berhasil mencapai air terjun tanpa bantuan, kami hanya
berhenti beristirahat saat merasa lelah.
Kunjungan kali ini di hari libur, karena kami tidak
menginap, tentu saja ramai pengunjung, sehingga anggota tim tidak nyaman untuk
berenang. Setelah berfoto-foto dan main air, kami memutuskan menuju air terjun
Batu Dinding 2 yang belum terlalu banyak dikenal dan air terjunnya lebih rendah dari air terjun Batu Dinding 1, agar kami bisa berenang
sepuasnya. Seperti yang dapat kita baca pada papan selamat datang, bahwa disini terdapat 2 air terjun dan 1 air selancar.
Gambar 1. Papan Selamat Datang
Gambar 2. Rafa berenang dengan gembira di Air Terjun Batu Dinding 2
Gambar 3. Pipit dan Lala berenang di lubuk air terjun Batu Dinding 2
Gambar 4. Suasana alam lubuk air terjun Batu Dinding 2
Kali ini aku hanya menampilkan foto air terjun Batu
Dinding 2 dan nuansa lain dalam wisata sungai Subayang. Setelah puas berenang di air terjun Batu Dinding 2, maka kami melanjutkan perjalanan dengan wisata sungai Subayang. Seluruh anggota tim terpesona menyaksikan keindahan alam di sepanjang sungai Subayang. Aku memotret pemandangan pinggir sungai Subayang yang gak terekam baik pada kunjungan sebelumnya.
Gambar 5. Wisata Sungai Subayang
Gambar 6. Rafa menikmati keindahan sungai Subayang
Gambar 7. Menikmati wisata sungai Subayang
Gambar 8. Keindahan alam di pinggir sungai Subayang
Gambar 9. Keindahan alam di pinggir sungai Subayang
Gambar 10. Keindahan alam semula jadi di pinggir sungai Subayang
Dalam perjalanan kali
ini kami singgah di Stasiun Lapangan Subayang. Stasiun ini berfungsi untuk:
1.
Pusat kegiatan
penelitian keanekaragaman hayati;
2.
Pusat pendidikan
dan latihan konservasi sumber daya alam;
3.
Pusat pengembangan
ekowisata yang melibatkan masyarakat sekitar; dan
4.
Pusat informasi
untuk menunjang pengamanan dan perlindungan kawasan hutan Bukit Rimbang Bukit
Baling.
Mudah-mudah sesuai dengan fungsinya sebagai stasiun lapangan, alam di kawasan Bukit Rimbang Bukit Baling terjaga dan terpelihara kelestariannya dari kerusakan alam karena ulah tangan manusia.
Gambar 12. Plang selamat datang di Stasiun Lapangan Subayang
Gambar 13. Jalan menuju Stasiun Lapangan Subayang
Gambar 15. Fungsi Stasiun Lapangan Subayang
Gambar 16. Di akhir perjalanan menyusuri sungai Subayang
Catatan
perjalanan 15 Februari 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar